Senin, 21 Juli 2008

Tajuk (1)

Selamat Datang KRISIS (Bangsa) !

Hampir semua orang pasti pernah mengalami krisis dalam hidup. Ada yang tiba-tiba isteri/suami tercintanya meninggal dunia, atau ada yang tiba-tiba ditinggal pacar yang amat dicintai tapi tak jelas alasan kepergiaannya, atau ada yang terkena musibah tertipu bisnis hingga harta warisan habis ludes, atau ada yang tiba-tiba apes mengalami kecelakaan hebat atawa anak-anak tercintanya ujug-ujug dituduh bahkan ketauan terlibat bisnis narkoba akut, atau ada juga yang jadi pejabat karir dan merasa sudah susah payah berperilaku idealis tapi masih juga harus kehilangan jabatannya karena beda sendiri lalu gering pikir berkepanjangan, atau ada juga yang jadi petani tertimpa malang gagal panen ketelikung utang, atau pun ada yang pemilik rumah atau pabrik terkena musibah banjir Lumpur lapindo hingga asset dan bisnisnya hancur tak jelas harus komplain kemana menuntut keadilan ke siapa? Apa pun, yang namanya krisis, pasti perih tak terperi nyaris tak tertanggungkan, dan bisa merembet kemana-mana tak jelas ujungnya.
Ternyata, krisis itu, pun bukan hanya “milik” atau “jatah” perseorangan, tapi bisa saja melanda negara. Bahkan milik segala bangsa, karena DUNIA pun kini lagi terkena krisis hebat (Tiga-F financial, food, fuel). Jadi, jangan heran bila Indonesia kita pun kena lagi kena lagi, terpuruk lagi terpuruk lagi.
Nah, bagi Anda yang gemar membaca buku, atau pun Anda yang sedang dilanda krisis, sudahkah membaca buku yang disarankan beli oleh sahabat saya di Bandung, Kang Abdurrohman M. Sastra, si Bagawan Sirna Rasa ? Judul bukunya Selamat Datang KRISIS! (2007). Pengarangnya Laura Day, diterbitkan pertama kali di Amerika tahun 2006 dengan judul asli Welcome to Your Crisis: How to Use the Power of Crisis to Create the Life You Want. Dan setelah saya baca-baca, buku itu hemat saya memang betul bagus buat saya, dan saya pikir-pikir perlu juga dibaca oleh siapa saja yang – sadar atau pun tidak - akhirnya merasa bahwa dirinya sedang menghadapi krisis. Bahkan saya pun tiba-tiba mendapat A-HA! bahwasanya, bila dipandang dari kacamata imagineering, cara pandang dan nasehat si pengarang – si Laura Day itu – bisa juga kita pakai sebagai alat bantu perspektif berfikir alternatif, untuk mendiagnosa mengapa bangsa kita mengalami krisis berkepanjangan, serta sekaligus menganalisis bagaimana terapinya dengan jitu tapi damai. Anda tertarik?
Jika ya, maka langkah pertama simaklah mutiara-mutiara hikmah Laura Day untuk skala individual terlebih dahulu di bawah ini, baru setelah itu kita coba refleksikan untuk skala bangsa.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Cara blog ini bagus. Sistem blogs. Ini membuat account banyak blog ya. Anyway, isinya bermanfaat bagi yang menyenangi filosofi politik. Paling tidak, saya senang/ salam SOB

Anonim mengatakan...

wah..saya termasuk yang telat menemukan blog ini (untung dibilangin Bembi) :)

Senang saya , ternyata semakin banyak orang2 cerdas yang sekarang 'tampil' bicara lewat dimensi "maya", setelah toleransi "kesabaran untuk diam" dianggap sudah cukup hehe..

Merdeka bung Yus!